RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/I
Aspek : Sradha
Standar
Kompetensi : Memahami Awatara Dewa dan
Bhatara
Kompetensi
Dasar : 1.1 Menguraikan pengertian
Awatara Dewa dan Bhatara
1.2 Menguraikan perbedaan antara Awatara
dengan Dewa dan Bhatara
Indikator : 1.1 Mampu menguraikan
pengertian awatara Dewa dan Bhatara
1.2 Mampu menguraikan perbedaan antara
Awatara Dewa dan Bhatara
Alokasi
Waktu : 3 Jam X 40 Menit
A.
Tujuan Pembelajaran
-
Siswa
dapat memahami dan menyakini adanya awatara,dewa dan bhatara
-
Siswa
dapat menjelaskan perbedaan awatara, dewa dan bhatara
B.
Materi Pembelajaran
-
Pengertian
Awatara, Dewa dan Bhatara
-
Kata
Awatara berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata Ava (awa) berarti bawah
dan Tara (Tr) berarti menyeberang. Jadi Awatara berarti Dewa Wisnu menyeberang
ke bawah (lahir ke dunia) menjadi mahkluk hidup dengan wujud tertentu sesuai
dengan kehendaknya.
Kata
Dewa berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata Dev yang berarti sinar atau
bersinar. Jadi pengertian Dewa adalah perwujudan sinar suci Sang Hyang Widhi
yang memberikan kekuatan suci kepada setiap makhluk hidup.
Kata
Bhatara berasal dari kata Bhartr yang berarti pendukung, pemimpin, pelindung.
Jadi pengertian Bhatara adalah manifestasi dari kekuatan Sang Hyang Widhi untuk
memberikan perlindungan terhadap ciptaanya.
-
Perbedaan
Awatara dengan Dewa dan Bhatar
Awatara adalah jelmaan dari salah satu
kekuatan (Manifestasi Tuhan yaitu Dewa Wisnu),
sedangkan Dewa adalah sinar suci dari Ida Sang
Hyang Widhi dalam memberikan penerangan atau petunjuk-petunjuk kepada makhluk hidup, dan Bhatara adalah
merupakan kekuatan langsung dari Sang Hyang Widhi untuk memberikan perlindungan
kepada umat manusia.
C.
Metode Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah,Diskusi,Tanya jawab
D.
Langkah-Langkah Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan pertama
1.
Kegiatan
Pendahuluan (10 Menit)
Motivasi
dan Apresiasi
Salam panganjali umat Hindu “ Om
Swastiastu”
Mengkondisikan suasana belajar: Mengabsensi
siswa merapikan sikap siswa mempersiapkan alat-alat belajar tes awal.
2.
Kegiatan
Inti (60 Menit)
Eksplorasi
·
Guru
Menyarankan peserta didik untuk membaca referensi.
·
Guru
menjelaskan pengertian Awatara, Dewa, dan Bhatara
Elaborasi
·
Guru membimbing peserta didik untuk duduk sesuai
dengan kelompok belajar.
·
Selanjutnya
siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang yang kurang jelas
serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kepada temannya.
·
Peserta
didik mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali materi ajar yang telah disampaikan
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merangkum hasil diskusi dan mencatatnya di buku
catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi
(tes lisan)
Penugasan
(PR) Mengerjakan LKS.
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup “ Om Santi Santi Santi Om”
Pertemuan kedua:
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apresiasi
Salam
Panganjali Umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasana belajar agar nyaman proses pembelajaran.
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
menyarankan anak didik untuk membaca referensi yang ada kaitannya dengan materi
pelajaran.
·
Guru
menjelaskan perbedaan Awatara , Dewa dan Bhatara
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajarnya yang
telah dibentuk pada minggu yang lalu
·
Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik yang belum mempersentasikan hasil
diskusinya pada minggu yang lalu, untuk mempersentasikan pada pertemuan ini.
Konfirmasi
·
Setelah
diskusi berakhir peserta didik dengan dibimbing guru membuat rangkuman hasil
diskusi dan mencatatnya dalam buku catatan masing-masing
·
Guru
mempertegas kembali materi ajar kepada siswa
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Mengadakan
Tes Akhir (Penilaian)
Penugasan
(PR) mengerjakan LKS
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup “Om Shanti Shanti Shanti Om”
E. Sumber
Belajar
Buku pelajaran agama Hindu kelas
IX referensi yang terkait dengan purana
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk
instrumen
|
Contoh
Instrumen
|
|
Mampu menguraikan pengertian
Awatara Dewa dan Bhatara
Mampu menguraikan perbedaan
antara Awatara dengan Dewa dan Bhatara
|
Tes Tertulis
|
Tes Uraian
|
Apa yang dimaksud dengan
Awatara?
Apa yang dimaksud dengan Dewa?
Apa yang dimaksud dengan
Bhatara?
Apa perbedaan Awatara, Dewa dan
Bhatara?
Apa persamaan Awatara, Dewa dan
Bhatara?
|
Cara Penskoran
Instrumen tes
uraian:
·
Awatara
adalah penjelamaan Dewa Wisnu turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia dari
kehancuran dan keangkara murkaan.
Skor : 2
·
Dewa
adalah sinar suci dari Ida Sang Hyang Widhi yang memberikan kekuatan kepada
setiap makhluk hidup.
Skor : 2
·
Bhatara
adalah kekuatan dari Ida Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pelindung.
Skor : 2
·
Perbedaan
Awatara, Dewa dan Bhatara adalah Awatara merupakan penjelmaan Dewa Wisnu (Salah
satu dari manifestasi tuhan) sedangkan Dewa dan Bhatara adalah manifestasi
langsung dari tuhan, yaitu Dewa adalah sinar dari tuhan dan Bhatara adalah
kekuatan dari tuhan sebagai pelindung.
Skor : 2
·
Persamaan
Awatara, Dewa dan Bharata adalah sama-sama merupakan manifestasi dari dari Sang
Hyang Widhi.
Skor : 2
Nilai
Akhir = E skor x 10
Mengetahui Denpasar,
Kepala SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip. Nip.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu
Kelas/Semester : IX/I
Aspek : Sradha
Standar
Kompetensi : 1. Memahami Awatara Dewa
dan Bhatara
Kompetensi
Dasar : 1.3 Menguraikan
Hubungan Awatara, Dewa dan Bhatara dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
1.4 Menceritakan
turunya awatara isi kitab purana berdasarkan isi kitab Purana
Indikator : -
Mampu menguraikan pengertian awatara Dewa dan Bhatara
-
Mampu menguraikan perbedaan antara Awatara Dewa dan Bhatara
Alokasi
Waktu : 4 Jam X 40 Menit
A.
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa mengetahui memahami
serta menyakini bahwa Awatara, Dewa dan Bhatara itu ada dan berasal dari Ida
Sang Hyang Widhi.
B.
Materi Pembelajaran
·
Hubungan
Awatara, Dewa dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi antara Awatara, Dewa dan
Bhatara mempunya hubungan yang sangat erat dengan Sang Hyang Widhi, karena Sang
Hyang Widhi Merupakan sumber dari segala yang ada, baik yang nyata maupun tidak
nyata. Demikian juga dengan Awatara, Dewa dan Bhatara dimana Awatara merupakan
penjelmaan Dewa Wisnu. Dewa wisnu adalah merupakan salah satu kekuatan Sang
Hyang Widhi yang berfungsi sebagai pemelihara segala yang ada. Begitu juga
dengan Dewa yang merupakan sinar suci dari Sang Hyang Widhi, Sedangkan Bhatara
sebagai kekuatan pelindung yang bersumber dari Sang Hyang Widhi. Jadi Sang
Hyang Widhi atau Tuhan adalah sumber dari segala yang ada jadi hubungan erat
sama-sama berasal dari Sang Hyang Widhi.
·
Cerita
turunnya Awatara dalam Purana
C.
Metode Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah, Diskusi, Tanya jawab
D.
Langkah-Langkah Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1.
Kegiatan
Pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apresiasi
Salam
Panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengondisikan
kelas agar nyaman belajar dan mengalihkan perhatian siswa serta mempersiapkan
siswa untuk belajar.
2.
Kegiatan
Inti ( 60 menit )
Eklporasi.
·
Guru
mengajarkan kepada anak didik untuk menemukan materi ajar dengan membaca
referensi.
·
Guru
memberikan penjelasan tentang hubungan Awatara,Dewa dan Bhatara.
Elaborasi.
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok belajar.
·
Peserta
didik mendiskusikan materi yang telah disampaikan oleh guru dengan mencari
bahan tambahan di buku paket.
·
Peserta
didik secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Konfirmasi
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merangkum hasil diskusi dan mencatat dibuku
masing-masing.
·
Guru
mempertegas kembali materi yang telah disampaikan kepada siswa.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi
( tes lisan/tanya jawab )
Pesan
dan nasehat
Penugasan
(PR) mengerjakan LKS
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup ”Om Shanti Shanti Shanti Om”
Pertemuan
Kedua
1.
Kegiatan
Pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apresiasi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Menyampaikan
materi yang telah dibicarakan pada minggu yang lalu
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk kembali duduk sesuai dengan kelompok
belajarnya.
·
Guru
menceritakan turunnya 10 Awatara.
Elaborasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca referensi di buku paket tentang turunnya 10 Awatara
dan memadukannya dengan cerita yang disampaikan oleh guru .
·
Peserta
didik secara bergantian mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Peserta
didik diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dipahami berkenaan
dengan materi yang dibahas.
·
Peserta
didik dibimbing guru membuat rangkuman hasil diskusi dan mencatat dibuku
catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi
(tes tulis)
Pesan
dan Nasehat
Pertemuan
ditutup dengan Doa Penutup “Om Shanti Sahnti Shanti Om”
E.
Sumber Belajar
Buku pelajaran Agama Hindu Kelas
IX
Reverensi terkait Purana
F.
Penilaian Hasil Belalajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
menjelaskan hubungan Awatara, Dewa, Bhatara dengan Sang Hyang Widhi
Mampu
menceritakan turunya 10 Awatara
Mampu
menceritakan ciri-ciri Awatara yang turun ke dunia.
Mampu
menyebutkan fungsi dan tugas Awatara
|
Tes tertulis
|
Tes uraian
|
Jelaskan
hubungan Awatara, Dewa dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi.
Coba
sebutkan 10 Awatara berdasarkan Purana
Bagaimana
ciri-ciri akan turunya Awatara ke dunia.
Apakah
fungsi dan tugas Awatara.
|
Cara Pensekoran
·
Hubungan
Awatara, Dewa dan Bhatara dengan Sang Hyang Widhi memiliki hubungan yang sangat
erat karena Sang Hyang Widhi merupakan sumber dari segala yang ada baik yang
nyata maupun tidak nyata.
Skor
:2.5
·
10
Awatara berdasarkan kitab purana adalah;
1.
Matsya
Awatara menjelma sebagai Ikan yang maha besar
2.
Kurma
Awatara menjelma sebagai Kura-kura yang besar
3.
Waraha
Awatara menjelma sebagai Babi hutan yang besar
4.
Narashima
Awatara menjelma sebagai Manusia harimau
5.
Wamana
Awatara menjelma sebagi orang cebola
6.
Parasurama
Awatara menjelma sebagai Rama bersenjata
kapak
7.
Rama
Awatara menjelma sebagai Sri Rama
8.
Kresna
Awatara menjelma sebagai Sri Kresna
9.
Budha
Awatar menjelma sebagai Sang Budha
10. Kalki Awatara menjelma sebagai
seorang kesatria berjubah putih dan mengendarai kuda putih.
Skor
:2,5
·
Ciri-ciri
akan turunnya Awatara ke dunia adalah apabila dunia mencapai kehancuran karena
keangkara murkaan di mana Dharma dikuasai oleh Adharma.
Skor
:2,5
·
Fungsi
dan tugas Awatara adalah untuk menyelamatkan dunia beserta isinya dari
kehancuran dan menegakkan Dharma di atas
Adharma.
Skor
: 2,5
Nilai
Akhir = E skor x 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/I
Aspek : Susila
Standar
Kompetensi : 2. Memahami sapta timira,
sebagai aspek diri yang harus dihindari
Indikator : 2.1 Menguraikan
pengertian sapta timira
2.2 Menyebutkan bagian-bagian sapta timira
Alokasi
Waktu : 4 Jam X 40 Menit
A.
Tujuan Pembelajaran
Agar siswa mampu memahami dan
meyakini sapta timira sebagai aspek diri yang harus dihindari
B.
Materi Pembelajaran.
-
Pengertian
sapta timira
Sapta
Timira berasal dari dua kata yaitu sapta artinya tujuh, Timira artinya gelap.
Jadi sapta timira adalah tujuh macam kegelapan yang menyebabkan manusia menjadi
gelap atau awidya.
-
Bagian-bagian
sapta timira
-
1.
Surupa : rupa atau wajah yang cantik dan ganteng
-
2.
Dhana : harta benda
-
3.
Kulina : keturunan atau kebangsawanan
-
4.
Yowana : keremajaan
-
5.
Sura : minuman keras
-
6.
Guna : kepandaian
-
7.
Kasuran : kemenangan atau mabuk kejayaan
C.
Metode Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
D.
Langkah – langkah Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apresiasi
Salam
Panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasana belajar, Tes awal
2.
Kegiatan
inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok belajar.
·
Guru
memberikan penjelasan singkat berkenaan dengan materi sapta timira, pengertian
sapta timira adalah tujuh macam kegelapan yang harus dihindari oleh setiap
orang.
Elaborasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca materi tentang pengertian sapta timira yang ada di
buku paket
·
Peserta
didik mendiskusikan materi tersebut dan mempersentasikan secara bergantian di
depan kelas.
Konfirmasi
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merangkum hasil diskusi dan mencatatnya pada
buku catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi
(tanya jawab dan menyimpulkan pengertian materi ajar)
Pesan
dan nasehat
Penugasan
PR mengerjakan LKS
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup “ Om Santi Santi Santi Om”
Pertemuan
Kedua
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasana belajar, mengarahkan fokus pikiran siswa untuk belajar ( tes awal )
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca buku paket yang berisi tentang bagian-bagian sapta
timira.
·
Guru
menjelaskan secara singkat tentang bagian-bagian sapta timira.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik duduk sesuai dengan kelompok belajar yang telah
dibentuk pada minggu lalu.
·
Peserta
didik mendiskusikan materi tersebut dan mempersentasikan secara bergantian.
Konfirmasi
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merangkum hasil diskusinya dan mencatat di buku
catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi
(tes tulis)
Pesan
dan Nasehat
Pertemuan
ditutup dengan doa penutup “ Om Shanti Shanti Shanti Om”
E.
Sumber Belajar
Buku pelajaran agama Hindu kelas
IX Niti Sastra, Kamus istilah agama Hindu, etika dan pengendalian diri dalam
agama Hindu.
F.
Penilaian Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
menguraikan pengertian Sapta Timira
Mampu
menyebutkan bagian-bagian Sapta Timira
|
Tes
tertulis
|
Tes
uraian
|
Jelaskan
pengertian Sapta Timira.
Mengapa
Sapta Timira patut dihindari
Sebutkan
bagian-bagian Sapta Timira
|
Cara
Penskoran
·
Pengertian
Sapta Timira adalah terdiri dari dua kata yaitu Sapta yang artinya tujuh dan
Timira yang artinya gelap . Jadi Sapta Timira adalah tujuh macam yang menyebabkan
manusia menjadi gelap (Awidya)
Skor : 2,5
·
Sapta
Timira patut dihindari karena akan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
dan bertentangan dengan ajaran agama.
Skor : 2,5
·
Bagian-bagian dari Sapta Timira adalah:
1.
Surupa
: Rupa (wajah) yang cantik dan tampan
2.
Dhana
: Harta benda
3.
Kulina
: kebangsawanan atau keturunan
4.
Yowana
: Keremajaaan
5.
Sura
: Minuman keras
6.
Guna
: Kepandaian
7.
Kasuran
: Kemenangan atau kejayaan
Nilai Akhir = E skor X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/I
Aspek : Susila
Standar
Kompetensi : 2. Memahami sapta timira,
sebagai aspek diri yang harus dihindari
Kompetensi
Dasar : 2.3 Menjelaskan
masing-masing Sapta Timira
2.4 Menunjukan contoh-contoh prilaku
Sapta Timira yang harus dihindari
Indikator : - Mampu menjelaskan masing-masing bagian-bagian
sapta timira
-
Mampu
menghindari contoh-contoh pelaksanaan Sapta Timira
Alokasi
Waktu : 4 Jam X 40 Menit
A.
Tujuan Pembelajaran
-
Dapat
Mengartikan dan menyakini kebenaran dari masing-masing bagian Sapta Timira
-
Mampu
menghindari contoh-contoh pelaksanaan Sapta Timira
B.
Materi Pembelajaran
Penjelasan
bagian-bagian Sapta Timira
·
Surupa
artinya tanpan atau cantik, jangan merasa sombong bila memiliki rupa yang
tampan dan cantik, karena ketampanan dan kecantikan adalah anugerah dari Sang
Hyang Widhi yang patut kita syukuri, namun kecantikan dan ketampanan itu tidak
kekal untuk itu peliharalah kecantikan lahir dan bathin.
·
Dhana
artinya harta benda, siapapun pasti senang bila memiliki kekayaan dan semua
orang pasti ingin mendapatkan kekayaan. Oleh karena itu semua orang bekerja
keras siang dan malam untuk mendapatkan kekayaan, kekayaan itu sifatnya tidak
kekal, untuk itu manfaatkan kekayaan sesuai dengan ajaran dharma
·
Guna
artinya kepandaian. Hidup sebagai manusia penuh dengan tantangan, untuk
mengatasi kita memerlukan kepandaian dengan kepandaian hidup akan terasa lebih
mudah. Agama kita mengajarkan untuk mencari ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Tetapi jangan memanfaatkan untuk hal yang merugikan.
·
Kulina
atau kebangsawanan artinya keturunan bangsawan walaupun berasal dari keturunan bangsawan
hendaknya jangan sombong. Dari keturunan orang akan diketahui asal-usulnya
orang yang berasal dari keturunan yang baik, terhormat dan berjasa akan
disegani dan dihormati. Dan yang terpenting kita menjaga nama baik keluarga dan
jangan sebaliknya.
·
Keyowanan
artinya keremajaan. Yowana adalah orang yang tenaganya besar dan jiwanya
bergejolak karena masih muda dan kuat. Kekuatanya tenaga dan gejolak jiwa muda
harus dikendalikan.
·
Sura
artinya minuman keras atau kegelapan. Minum sampai mabuk tidak dibenarkan oleh
ajaran agama, sebab mengakibatkan kata-kata yang tidak boleh diucapkan. Mabuk
minuman keras menjadikan kita lupa diri.
·
Kasuran
artinya kegelapan atau kemenangan. Orang yang angkuh karena kegelapan jiwa akan
mengalami kekalahan dan akhirnya menerima kenyataan pahit.
-
Contoh
prilaku sapta timira
C.
Metode Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah, Diskusi, Tanya jawab
D.
Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran
Pertemuan Pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan apersepsi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Suastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasanan belajar yang nyaman dan tes awal
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
menyarankan kepada anak didik untuk membaca referensi yang ada kaitannya dengan
materi.
·
Guru
menjelaskan tentang bagian-bagian Sapta Timira.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajarnya.
·
Peserta
didik mendiskusikan bagian-bagian sapta timira yang telah dibaca dalam buku
paket.
·
Peserta
didik mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Guru
memberikan penjelasan kembali tentang materi yang disampaikan
·
Peserta
didik dengan bimbingan guru dapat menyebutkan dan mencatat bagian-bagian sapta
timira dari hasil diskusi kelompok.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi
(tes tulis)
Penugasan
PR mengerjakan LKS
Pertemuan
ditutup dengan doa penutup “Om Shanti Shanti Shanti Om”
Pertemuan
Kedua
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasana belajar yang nyaman, tes awal
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik membaca referensi tentang contoh-contoh prilaku sapta timirayang harus
dihindari.
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajar yang telah
dibentuk pada minggu yang lalu.
·
Guru
menguraikan secara singkat tentang materi yang akan dibahas yaitu contoh Sapta
Timira yang harus dihindari oleh siswa seperti sombong dengan kecantikan,
sombong dengan kekayaan, sombong dengan kepandaian, terlalu bangga dengan
keturunan, ego dengan keremajaan dan mabuk dengan minuman.
Elaborasi
·
Peserta
didik mendiskusikan contoh-contoh prilaku sapta timira yang harus dihindari.
·
Peserta
didik menyebutkan contoh-contoh sapta timira yang dihindari dalam persentasinya
di depan kelas.
Konfirmasi
·
Setelah
diskusi peserta didik dengan bimbingan guru membuat rangkuman hasil diskusi dan
mencatatnya dalam buku catatan masing-masing
·
Guru
mempertegas kembali materi ajar.
3.
Kegiatan
Penututup (10 menit)
Evaluasi (tes tulis)
Pesan dan Nasehat
Pertemuan ditutup dengan doa penutup “ Om
Shanti Shanti Shanti Om”
E.
Sumber Belajar
Buku pelajaran agama Hindu kelas
IX Niti Sastra, Kamus istilah agama Hindu, etika dan pengendalian diri dalam
agama Hindu.
F.
Penilaian Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh
Instrumen
|
|
Mampu
menjelaskan masing-masing bagian sapta timira
Mampu
menyebutkan contoh-contoh prilaku
Sapta
Timira
yang
dihindari
|
Tes
tertulis
|
Tes
uraian
|
Jelaskan
masing-masing Sapta Timira
Sebutkan
contoh-contoh prilaku Sapta Timira yang harus dihindari
|
Cara
Penskoran
Penjelasan
masing-masing bagian Sapta Timira adalah
·
Surupa
artinya wajah tampan dan cantik, janganlah merasa sombong bila merasa memiliki
rupa tampan dan cantik.
·
Dhana
artinya harta benda, janganlah merasa angkuh karena memiliki harta benda yang
berlimpah.
·
Guna
artinya kepandaian, janganlah menggunakan kepandaian untuk merugikan orang
lain.
·
Kulina
artinya keturunan atau kebangsawanan, janganlah sombong apabila terlahir dari
keturunan bangsawan.
·
Keyowanan
artinya keremajaan, ingatlah bahwa kekuatan tenaga dan gejolak jiwa muda harus
dikendalikan .
·
Sura
artinya minuman keras, janganlah suka mabuk-mabukan karena sering mabuk maka
akan menimbilkan berbagai penyakit.
·
Kasuran
artinya keberanian atau kemenangan, orang yang angkuh karena kemenangan akan
menjadi gelap jiwa dan akhirnya menerima kenyataan pahit.
Skor : 5
Contoh-contoh prilaku Sapta
Timira adalah
·
Surupa
adalah wajah cantik dan tampan, kalau salah memanfaatkan kecantikan dan
ketampanan maka bisa terjerumus ke lembah nista.
·
Dhana
adalah mabuk karena kekayaan, perbuatan seperti ini menyimpang dari nilai-nilai
Agama seperti menghamburkan uang, judi, pesta miras, suka mempermainkan wanita
dll
·
Guna
adalah mabuk karena kepandaian. Mabuk karena kepandaian dapat mengakibatkan
kesombongan, melecehkan kemampuan orang, menghina bahkan dapat merugikan
lingkungan kehidupan.
·
Kulina
adalah mabuk karena kebangsawanan atau keturunan. Mabuk karena ini adalah
langkah yang menyesatkan diri sendiri karena diri sendiri karena akan tertanam sifat
sombong, angkuh dan merendahkan orang.
·
Yowana
adalah mabuk karena keremajaan. Contoh mabuk karena keremajaan adalah
kebut-kebutan di jalan, berkelahi dan tawuran, bermalas-malasan.
·
Sura
adalah mabuk karena minuman keras. Akibatnya adalah syaraf terganggu, diserang
berbagai macam penyakit dan dapat melakukan berbagai perbuatan yang fatal.
·
Kasuran
adalah mabuk karena keberanian, Akibatnya akan melakukan tindakan diluar daya
nalarnya (melakukan perbuatan yang nekat)
Skor : 5
Nilai Akhir = E skor X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu
Kelas/Semester : IX/I (SATU)
Aspek : Susila
Standar
Kompetensi : 2.
Memahami Sapta Timira sebagai aspek diri yang harus dihindari
Kompetensi
Dasar : 2.5. Melakukan
upaya-upaya menghindari dampak negatif Sapta Timira
Indikator : - Mampu melakukan upaya-upaya untuk menghindari
dampak negatif sapta timira
Alokasi waktu : 2 X 40 menit
A. Tujuan
Pembelajaran
Agar
siswa memahami bahwa Sapta Timira perlu dihindari.
B. Materi
Pembelajaran
Upaya
menghindari Sapta Timira
Dampak
negatif Sapta Timira dapat dihindari dengan Panca H, yaitu :
·
Hening
artinya mengheningkan pikiran
·
Heneng
artinya menenangkan pikiran
·
Henung
artinya merenungkan kesalahan yang pernah diperbuat
·
Heling
artinya selalu mengingat ajaran kebenaran
·
Hawas
artinya selalu waspada
C. Metode
Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
D. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Pertemuan Pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasanan belajar yang nyaman dan mengarahkan kosentrasi siswa pada pelajaran
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
-
Guru
menyarankan anak didik untuk membaca referensi yang ada kaitannya dengan materi
ajar
-
Guru
menyarankan peserta didik untuk membaca referensi tentang upaya-upaya
menghindari dampak negatif sapta timira.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok belajar.
·
Peserta
didik mendiskusikan upaya-upaya mengehindari dampak negatif sapta timira dalam
menyimpulkan upaya-upaya menghindari dampak negatif sapta timira
·
Peserta
didik mempersentasikan hasil diskusinya
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali tentang materi yang telah disampaikan.
·
Peserta
didik dibimbing guru membuat rangkuman hasil diskusi dan mencatat pada buku
catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi
(mengadakan tes akhir)
Pesan
dan Nasehat
Pertemuan
ditutup dengan doa penutup “ Om Shanti Shanti Shanti Om”
E. Sumber
Belajar
Buku pelajaran agama Hindu kelas
IX Niti Sastra, Kamus istilah agama Hindu, etika dan pengendalian diri dalam
agama Hindu.
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
menyebutkan upaya-upaya menghindari dampak negatif sapta timira
|
Tes tertulis
|
Tes uraian
|
Sebutkan
upaya-upaya menghindari dampak negatif Sapta Timira.
Dimana
kita harus berupaya menghindari dampak negatif Sapta Timira.
|
Cara
Pensekoran
Dampak
negatif sapta timira dapat dihindari dengan Panca H yaitu :
·
Hening
artinya mengheningkan pikiran
·
Heneng
artinya menenangkan pikiran
·
Henung
artinya merenungkan kesalahan yang pernah diperbuat
·
Heling
artinya selalu mengingat ajaran kebenaran
·
Hawas
artinya selalu waspada
Skor :
5
Dimanakah kita
harus berupaya menghindari dampak negatif sapta timira
Dampak negatif
sapta timira harus kita hindari di setiap langkah kehidupan kita.
Skor : 5
Nilai Akhir = E
Skor X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu
Kelas/Semester : IX/I (SATU)
Aspek : Sejarah Agama Hindu
Standar
Kompetensi : 3. Mengenai keberadaan
kerajaan Hindu di Indonesia
Kompetensi
Dasar : 3.1 Menguraikan puncak
kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia
3.2 Menjelaskan
sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia
Alokasi waktu : 4 jam X 40 menit
A. Tujuan
Pembelajaran
-
Siswa
mampu memahami dan mengetahui keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia.
B. Materi
Pembelajaran
Kerajaan
Hindu di Indonesia
Kerajaan
Hindu yang pertama di Indonesia adalah kerajaan Kutai di Kalimantan timur
sekitar abad ke -14 dengan rajanya yang terkenal adalah Mulawarman, sedangkan
pendiri dari kerajaan Kutai bernama Kudungga.
Kerajaan
Hindu yang ke dua adalah kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat sekitar abad ke -5
dengan rajanya yang terkenal adalah Punawarman. Kerajaan Holing di Jawa Tengah
dengan rajanya Ratu Sima.
Berikutnya
masa-masa kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia adalah pada masa pemerintahan
keluarga Syailendra dan Sanjaya di Kerajaan Mataram kuno (Jawa Tengah),
keluarga Isana, Dharmawangsa dan Airlangga di Jawa Timur.
Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan Hindu yang terbesar dengan rajanya yang terkenal
adalah Hayam Wuruk dengan patihnya yang bernama Gajah Mada.
Kebesaran
Kerajaan Hindu di Bali dipimpin oleh keluarga Warmadewa dengan Rajanya yang
terkenal bernama Dharmodayana (Udayana) dengan permaisurinya Mahendradata
(Gunapriya Dharmapatni)
Setelah
bali ditaklukan oleh kerajaan Majapahit, Bali diperintahkan oleh dinasti Dalem
dengan kejayaannya pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong.
Sebab-sebab
runtunya kerajaan Hindu di Indonesia
Karena
tidak adanya pemimpin yang handal dan mampu sebagai pemimpin regenerasi dalam
kerajaan. Tergoyahnya persatuan dan kesatuan diantara raja-raja Nusantara,
sehingga banyaknya Kerajaan kecil memisahkan diri, serta rusak dan hancurnya
sarana-sarana Hindu di Nusantara.
C. Metode
Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
D. Langkah-Langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
Panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasana kelas agar nyaman dan memberikan tes awal
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik ditugaskan membaca refrensi puncak kejayaan dan keruntuhan kerajaan Hindu
di Indonesia.
·
Guru
menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas tentang puncak kejayaan
Kerajaan Hindu di Indonesia.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok belajar.
·
Peserta
didik mendiskusikan tentang kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali bahan ajar kepada siswa.
·
Peserta
didik dibimbing guru merumuskan tentang kejayaan Kerajaan Hindu di Indonesia
dan mencatat di buku catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi
( tes lisan )
Pesan
dan Nasehat
Penugasan
(PR) mengerjakan LKS
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup “Om Shanti Shanti Shanti Om”
Pertemuan
Kedua
1.
Kegiatan
Pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
Panganjali umat Hindu “Om Swastiastu”
Absensi
siswa
Mengkondisikan
suasana kelas agar nyaman belajar dan mengadakan tes awal.
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik ditugaskan membaca referensi tentang sebab-sebab keruntuhan kerajaan
Hindu di Indonesia
·
Guru
menjelaskan materi secara ringkas tentang sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu
di Indonesia.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajarnya.
·
Peserta
didik mendiskusikan sebab-sebab keruntuhan kerajaan Hindu di Indonesia
·
Peserta
didik secara bergantian mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali tentang materi yang telah disampaikan.
·
Peserta
didik dibimbing oleh guru menyimpulkan sebab-sebab keruntuhan kerajaan Hindu di
Indonesia dan mencatatnya.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi
(tes tulis) untuk mengetahui daya serap siswa
Pesan
dan Nasehat
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup “Om Shanti Shanti Shanti Om”
E. Sumber
Belajar
Buku
pelajaran agama Hindu kelas IX
Sejarah
kebudayaan Indonesia
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
menguraikan puncak kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia.
Mampu
menguraikan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia.
Mampu
menjelaskan sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia.
|
Tes tertulis
|
Tes uraian
|
Jelaskan
puncaknya kejayaan kerajaan Hindu yang pernah ada di pulau Jawa.
Jelaskan
sebab-sebab runtuhnya kerajaan Hindu dan Indonesia.
|
Cara
Penskoran
Instrumen
uraian
1. Puncak kejayaan kerajaan Hindu
yang pernah ada di pulau Jawa adalah:
·
Kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat dengan rajanya Purnawarman.
·
Kerajaan
Medang Faibumi Mataram (Mataram Kuno) rajanya Sanjaya di Jawa Tengah.
·
Kerajaan
Medangkemulan di Jawa Timur dengan rajanya Dharmawangsa.
·
Kerajaan
Kediri I di Jawa Timur dengan rajanya Airlangga
·
Kerajaan
Kedir II di Jawa Timur dengan rajanya Jayabaya.
·
Kerajaan
Singosari di Jawa Timur dengan rajanya Kertanegara.
·
Kerajaan
Majapahit di Jawa Timur dengan rajanya Hayam Wuruk.
Skor
: 5
2. Sebab-sebab runtuhnya kerajaan
Hindu di Indonesia adalah:
·
Akibat
bencana alam
·
Sering
terjadi perebutan kekuasaan dilingkungan kerajaan
·
Sering
terjadi perpindahan pusat kerajaan.
·
Kurangnya
pencetak kader kepemimpinan.
·
Serangan
penjajah dan datangnya pengaruh Agama baru.
·
Adanya
politik adu domba.
·
Lemahnya
pengawasan dari penguasa kerajaan dan adanya perang saudara,dll
Skor
: 5
Nilai
Akhir = E skor X 10
Remidi
:
Apabila
peserta didik belum mencapai ketuntasan, maka diberikan tugas untuk mencari
sepuluh hasil karya sastra lengkap dengan nama pengarangnya yang ditulis pada
masa-masa kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia.
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/I
Aspek : Sejarah Agama Hindu
Standar
Kompetensi : 3. Mengetahui keberadaan kerajaan Hindu di
Indonesia
Kompetensi
Dasar : 3.3 Mengambil hikmah dari
kejayaan dan keruntuhan kerajaan Hindu di
Indonesia
Indikator : - Mampu
menjelaskan hikmah kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia
-
Mampu menjelaskan hikmah keruntuhannya
kerajaan Hindu di Indonesia
Alokasi
Waktu : 2 X 40 Menit
A. Tujuan
Pembelajaran
-
Siswa
mampu memahami dan mengetahui keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia.
B. Materi
Pembelajaran
Hikmah
kejayaan dan runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia.
Dengan
banyaknya peninggalan-peninggalan Hindu di Indonesia baik bidang seni, sastra ,
bangunan dan lain-lain ada sampai sekarang. Kita sebagai generasi penerus harus
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada para pendahulu kita serta
menjadikan cerminan bagi kita apa yang diperbuat sepatutnya diwariskan kepada
generasi penerus kita disamping itu kita harus berperan aktif untuk memelihara
dan melestarikan peninggalan-peninggalan sejarah Hindu yang telah ada. Dan
hikmah negatif yang ada tidak perlu kita tiru dapat dilihat dari sebab-sebab
runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia terutama dari kurangnya ada rasa kebersamaan
dan rasa persatuan.
C. Metode
Pembelajaran
-
CTL
: Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
D. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Pertemuan
pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi dan
Apersepsi
Salam panganjali umat
Hindu “Om Swastiastu”
Absensi siswa
Mengkondisikan
suasana belajar agar nyaman dan mengadakan tes awal.
2.
Kegiatan
inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik ditugaskan membaca referensi tentang hikmah dari kejayaan dan keruntuhan
kerajaan Hindu di Indonesia.
·
Guru
menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas mengambil hikmah
kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia dan hikmah keruntuhan kerajaan Hindu di
Indonesia.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajarnya.
·
Peserta
didik mendiskusikan hikmah dari kejayaan dan keruntuhan kerajaan Hindu di
Indonesia.
·
Peserta
didik secara bergantian mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Guru
membimbing peserta didik untuk menyimpulkan hikmah dari kejayaan dan keruntuhan
kerajaan Hindu di Indonesia atau mencatatnya pada buku catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi (tes tulis)
Pesan dan Saran
Pertemuan ditutup
dengan Doa penutup “Om Shanti,Shanti,Shanti Om”
E. Sumber
belajar
Buku
pelajaran agama Hindu kelas IX
Sejarah
kebudayaan Indonesia
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
menjelaskan hikmah kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia.
Mampu
menjelaskan hikmah runtuhnya kerajaan Hindu di Indonesia.
|
Tes tertulis
|
Tes uraian
|
Jelaskan
hikmah yang dapat diambil dari kejayaan Majapahit.
Jelaskan
hikmah yang dapat diambil dari runtuhnya kerajaan Majapahit.
|
Cara
Penskoran
Instrumen
uraian
1.
Hikmah
yang dapat diambil dari kejayaan kerajaan majapahit adalah. Dengan banyaknya
peninggalan-peninggalan Hindu jerajaan Majapahit baik di bidang seni, sastra,
bangunan candi yang masih ada sampai sekarang, kita sebagai generasi penerus
patut menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada para pendahulu serta
cerminan dan sepatutnya ikut berperan aktif untuk memelihara dan melestarikan
peninggalan-peninggalan Hindu.
Skor
:5
2.
Hikmah
yang dapat diambil dari runtuhnya kerajaan Majapahit adalah kita sepatutnya
tidak meniru yang mengakibatkan runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit tersebut,
terutama dari kekurangnya ada rasa kebersamaan dan rasa persatuan serta tidak
dipersiapkan kaderisasi pemimpin.
Nilai
Akhir = E skor X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/II
Aspek : Budaya
Standar
Kompetensi : 4. Memahami Dharma Gita
dalam Sarasamuscaya
Bhagawad Gita
Indikator : 4.1 Mendemostrasikan Sloka dalam Bhagawad Gita
4.2 Mendemostrasikan Palawakya dalam Bhagawad
Gita
4.1.1 Mampu membaca Sloka dalam Bhagawad Gita
4.2.1 Mampu membaca Palawakya dalam Bhagawad
Gita
A. Tujuan Pembelajaran :
Siswa
mampu terampil dalam nada atau reng dan dapat menggali atau menuaikan
nilai-nilai agama dalam kitab Bhagawad Gita dan Sarasamuscaya.
B. Materi Ajar
- Sloka pada Bhagawad Gita
“Sri Bhagawad Uwaca, kama esa
krodha esa,
Rajoguna samudhawah Mahesano
mahapapma,
Widdhy enam iha wairinam “
(B.G III 37)
·
“
Artinya :” Sri Kresna bersabda: itulah keinginan, itulah kemurkaan yang berasal
dari sifat rajas : pemakan segala, penuh dosa, ketahuilah bahwa keduanya ini
merupakan musuh di dunia ini.”
- Palawakya pada Sarasamuscaya
“Ikang bhakti makawwitan,
paritusta sang rawwitnya denya phalanya mangke dlaha, langgeng peleman ring
hayu”
Artinya :
·
“
Bhakti kepada ibu bapak membuat senangnya para leluhur kerena pahalanya baik
sekarang maupun dikemudin hari, tetap mendapatkan pujian akan kebaikan itu”
C. Metode Pembelajaran:
CTL :
Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
D. Langkah-langkah
pembelajaran
A.
Pertemuan
pertama
1.
Kegiatan
Pendahuluan (10 menit)
Motivasi dan Apersepsi
Salam Panganjali umat Hindu “ Om Swastiastu”
Absensi siswa
Menyampaikan materi ajar
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membaca reverensi yang ada kaitannya dengan
materi ajar sesuai dengan bahan ajar.
·
Guru
memberikan contoh cara pembacaan Sloka Palawakya.
Elaborasi
·
Peserta
didik diberi kesempatan untuk mendemontrasikan dan melatih tentang salah satu
Sloka atau Palawakya yang akan ditampilkan.
·
Peserta
didik menampilkan atau membacakan Sloka atau Palawakya sesuai dengan
pasangannya masing-masing.
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali bahan ajar kepada siswa.
·
Guru
memberikan penilaian untuk masing-masing pasangan peserta didik yang telah
tampil di depan kelas.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi (tes lisan)
Pesan dan Nasehat
Penugasan PR mengerjakan LKS
Pertemuan ditutup dengan Doa
penutup “Om Shanti Shanti Shanti Om”
E. Sumber
pembelajaran
Kitab
Bhagawad Gita dan Sarasamuscaya
F. Penialaian
Hasi Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk
Instrumen
|
Contoh
Instrumen
|
|
Mampu membacakan Sloka-sloka Bhagawad
Gita.
Mampu membacakan Palawakya
dalam Sarasamuscaya.
|
Tes unjuk kerja
|
Penugasan
|
Bacalah Sloka Bhagawad Gita
Bhagawad Gita III. 3.7
Bacalah Palawakya dalam
Sarasamuscaya
|
Cara Pensekoran
-
Mampu
membaca dengan sangat baik : 10
-
Mampu
membaca dengan baik : 8-9
-
Mampu
membaca dengan cukup : 6-7
-
Mampu
membaca dengan kurang : 4-5
-
Mampu
membaca dengan sangat kurang : 1-3
Nilai Akhir = E skor x 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/II
Aspek : Hari suci
Standar
Kompetensi : 6. Menjelaskan hakekat
dan tujuan hari suci keagamaan
Kompetensi
Dasar : 6.1 Menguraikan hakekat
hari-hari
Indikator : - Mampu menguraikan
hakekat hari suci keagamaan berdasarkan sasih.
-
Mampu
menguraikan hakekat keagamaan berdasarkan wuku
Alokasi
waktu : 2 x 40 menit
A. Tujuan
Pembelajaran
-
Siswa
dapat menguraikan hakekat hari-hari suci keagamaan
B.
Materi Pembelajaran
-
Hakekat
hari-hari suci keagamaan
·
Hakekat
hari suci keagamaan adalah hari istimewa yang telah ditetapkan berdasarkan
petunjuk dari Sang Hyang Widhi. Disamping itu hari-hari suci keagamaan (Rerainan)
diyakin sebagai moment yang tepat dan memiliki nilai spiritual yang tinggi
untuk melaksanakan upacara keagamaan dalam rangka mohon keselamatan, kemakmuran
dan kesejahteraan semua makhuk hidup kehadapan leluhur, Dewa-dewi,
Bhatara-bhatari serta Sang Hyang Widhi.
C. Metode
Pembelajaran
-
CTL
; Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab
D. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Pertemuan
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam Panganjali umat Hindu “ Om
Swastiastu”
Absensi siswa
Tanya jawab awal tentang hakekat hari-hari
suci keagamaan.
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Ekplorasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca referensi tentang hakekat hari-hari suci keagamaan
·
Guru
menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas yaitu hekekat Hari
Suci yang memiliki nilai spiritual untuk meningkatkan rasa Bhakti terhadap Ida
Sang Hyang Widhi.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok belajar.
·
Peserta
didik mendiskusikan hakekat hari-hari suci keagamaan berdasarkan sasih dan
hakekat hari-hari suci keagamaan berdasarkan wuku.
·
Peserta
didik secar bergantian mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali materi ajar.
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merumuskan atau merangkum hasil diskusi dan
mencatat di buku catatan masing-masing.
3.
Kegiatan
Penutup (10 menit)
Evaluasi (tes tertulis) penilaian
terhadap proses dan hasil pembelajaran
Merefleksi hasil pembelajaran dan
tindak lanjut.
Pesan dan Nasehat
Menginformasikan kegiatan belajar
berikutnya
Pertemuan ditutup dengan Doa
penutup (Om Shanti, Shanti, Shanti Om”
E. Sumber
Belajar
Buku
pelajaran agama Hindu kelas IX
Buku
Sunarigama
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
menguraikan hakekat hari-hari suci keagamaan berdasarkan sasih
Mampu
menguraikan hakekat hari suci keagamaan berdasarkan wuku.
|
Tes
tertulis
|
Tes
uraian
|
Uraikan
secara singkat hakekat hari raya Galungan.
Uraikan
secara singkat hari raya Siwalatri
|
Cara
Pensekoran
Instrumen
uraian
1.
Hakekat
hari raya Galungan adalah hari suci berdasarkan perhitungan Wuku, yang
diperingati setiap Buda Kliwon Dungulan. Memiliki makna sebagai kemenangan
Dharma malawan Adharma.
Skor : 5
2.
Hakekat
hari raya Siwalatri adalah hari raya berdasarkan perhitungan sasih, yang diperingati
setiap Purwaning Tilem Sasih Kepitu. Memiliki makna dan tujuan utama sebagai
pengendalian diri atau mulat sarira.
Skor : 5
Nilai Akhir = E Skor
X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/II
Aspek : Hari suci
Standar
Kompetensi : 6. Menjelaskan hakekat dan tujuan hari suci
keagamaan
Kompetensi
Dasar : 6.1 Menjelaskan tujuan
hari-hari keagamaan
: 6.2 Menjelaskan pengaruh hari suci keagamaan
terhadap peningkatan sradha dan
bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Indikator : - Mampu menjelaskan tujuan hari-hari suci
keagamaan
-
Mampu menjelaskan pengaruh hari suci keagamaan
terhadap peningkatan sradha dan bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Alokasi
waktu : 4 x 40 menit
A.
Tujuan
Pembelajaran
-
Siswa
dapat menjelaskan tujuan hari-hari keagamaan.
-
Siswa
dapat menjelaskan pengaruh dari hasil keagamaan peningkatan sradha dan bhakti
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
B. Materi
Pembelajaran
Tujuan
hari-hari keagamaan
·
Secara
umum tujuan pelaksanaan hari suci agama Hindu adalah untuk meningkatkan
pengalaman ajaran agama Hindu.
·
Meningkatkan
sradha dan bhakti umat kehadapan Ida Sang Hyang Widhi.
·
Memperingati
hari-hari tertentu yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan.
·
Untuk
mendapatkan ketenangan hidup secara lahir dan bathin.
·
Merupakan
suatu system pewarisan pelaksanaan agama dari suatu generasi ke generasi
selanjutnya.
·
Merupakan
hari yang baik dan istimewa bagi umat untuk menyampaikan puja dan puji,
permohonan maaf serta mohon kesejahteraan dan kebahagiaan dalam menjalani hidup
ini.
Pengaruh
hari suci keagaaman terhadap peningkatan sradha dan bhakti terhadap Ida Sang
Hyang Widhi Wasa adalah dapat menuntun kita berusaha untuk berbuat yang benar
sesuai dengan Dharma dan sebaliknya akan menjauhkan kita dari
perbuatan-perbuatan Adharma. Dapat dikatakan bahwa pelaksanaan (perayaan) hari
suci keagamaan sanagat besar pengaruhnya untuk meningkatkan sradha dan bhakti
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
C. Metode
Pembelajaran
-
CTL : Ceramah, Diskusi, dan Tanya jawab, Diskusi
Kelompok.
D. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Pertemuan
pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi dan
Apersepsi
Salam panganjali umat
Hindu “Om Swastyastu”
Absensi siswa
Tanya jawab awal
tentang tujuan hari suci keagamaan
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca referensi tentang hakekat hari-hari suci keagamaan
·
Guru
menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas yaitu tujuan hari
suci untuk meningkatkan sradha bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi.
Elaborasi
·
Gur
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajarnya.
·
Peserta
didik mendiskusikan beberapa tujuan hari-hari keagamaan.
·
Peserta
didik yang telah siap mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali materi ajar.
·
Peserta
didik dengan bimbingan guru mencatat hasil rangkuman diskusi tentang tujuan
hari-hari suci keagamaan.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi (tes lisan)
Merefleksi hasil pembelajaran dan
tindak lanjut.
Pesan dan Nasehat
Menginformasikan kegiatan belajar
berikutnya
Pertemuan ditutup dengan Doa
penutup “Om Shanti, Shanti, Shanti Om”
Pertemuan kedua
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi dan
Apersepsi
Salam panganjali umat
Hindu “Om Swastyastu”
Absensi siswa
Mengingat kembali
materi minggu lalu dan tanya jawab awal
-
Pembentukan
kelompok (3-5 orang) dilengkapi dengan ketua dan sekretaris.
2.
Kegiatan
inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
menyarankan peserta didik untuk membaca referensi yang ada kaitannya dengan
materi ajar.
·
Guru
memberikan petunjuk kepada kelompok, untuk mengadakan diskusi kelompok dengan
materi pengaruh hari suci keagamaan terhadap peningkatan sradha bhakti terhadap
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Elaborasi
·
Masing-masing
kelompok mendiskusikan materi tersebut diatas dan merumuskan hasil diskusinya.
·
Maing-masing
kelompok mempersentasikan hasil diskusi dan mengadakan tanya jawab antar
kelompok.
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali tentang materi ajar.
·
Guru
mengumpulkan hasil rumusan diskusi dan memberikan penilaian.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi (Penilaian)
terhadap proses dan hasil belajar
Pesan dan Nasehat
Penugasan (PR)
mengerjakan LKS
Pertemuan ditutup
dengan Doa penutup “Om Shanti,Shanti,Shanti Om”
E. Sumber
Belajar
Buku
pelajaran agama Hindu kelas IX
Buku
Sundarigama
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Tekin
|
Bentuk
Instrumen
|
Contoh
Instrumen
|
|
Mampu menjelaskan salah satu
tujuan hari suci keagamaan berdasarkan sasih
Mampu menjelaskan
tujuan hari suci keagamaan berdasarkan wuku
Mampu menjelaskan
pengaruh salah satu hari suci keagamaan
terhadap peningkatan sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi.
|
Tes tertulis
|
Tes uraian non tes
(hasil diskusi)
|
Jelaskan tujuan
pelaksanaan hari raya Nyepi
Jelaskan tujuan
pelaksanaan hari raya Siwalatri
Jelaskan pengaruh pelaksanaan
hari suci terhadap peningkatan sradha dan bhakti kepada Sang Hyang Widhi.
|
Cara Penskoran
Instrumen (hasil
diskusi)
1.
Pelaksanaan
hari raya Nyepi dengan Catur Brata Penyepian bertujuan agar umat manusia
menyuci laksana sekaligus mulat sarira, sehingga dihari hari berikutnya dapat
memperbaiki prilakunya.
2.
Perayaan
hari raya Saraswati merupakan hari pujawali Sang Hyang Aji Saraswati. Umat
Hindu menyakini bahwa ini merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan (Weda), umat
Hindu melaksanakan persembahyangan dan pemujaan dengan mempergunakan lontar,
buku,prasati dan lainnya sebagai Pralingga Sang Hyang Aji Saraswati . Tujuanya
adalah memohon kehadapanNya agar umat terjaga kecerdasanya serta selalu dapat
berfikir yang positif dalam menjalani kehidupan ini.
3.
Pengaruh
hari suci terhadap penegakan sradha dan bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
adalah dengan selalu merayakan hari suci sekaligus sujud bhakti kepada beliau, sehingga rasa ingat atau eling
kepada Sang Hyang Widhi akan tetap dapat
dipertahankan dalam hati kita. Hal ini akan dapat menuntun kita berusaha
berbuat dharma dan selalu akan menjauhi perbuatan Adharma. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan hari suci
keagamaan sangat besar pengaruhnya untuk meningkatkan Sradha dan bhakti
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Rentan Nilai:
·
Berdiskusi
dan merumuskan hasil diskusi dengan sangat baik : 10
·
Berdiskusi
dan merumuskan hasil diskusi dengan baik :8-7
·
Berdiskusi
dan merumuskan hasil diskusi dengan cukup :6-7
·
Berdiskusi
dan merumuskan hasil diskusi dengan kurang :4-7
·
Berdiskusi
dan merumuskan hasil diskusi dengan sangat kurang :1-3
Nilai
Akhir = E skor X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/II
Aspek : Yadnya
Standar
Kompetensi : 5. Memahami hakekat yadnya
Kompetensi
Dasar :5.1 Menyebutkan sumber dan dasar hukum yadnya
: 5.2 Menjelaskan tingkatan-tingkatan pelaksanaan
yadnya
Indikator : - Mampu membaca referensi dasar dan sumber
pelaksanaan yadnya
-
Mampu menjelaskan tingkatan-tingkatan pelaksanaan yadnya
Alokasai
waktu : 4 x 40
menit
A. Tujuan
Pembelajaran :
- Dapat menyebut dasar dan sumber pelaksanaan
Yadnya
- Dapat menjelaskan
tingkatan-tingkatan pelaksanaan yadnya.
B. Materi
Pembelajaran
Sumber
dan dasar hukum yadnya.
Sumber
pelaksanaan yadnya dalam agama Hindu secara kaidah sosial ritualitas bersumber
dari weda baik sruti dan semerti serta sastra-sastra Hindu lainnya, sedangkan
dasar hukum pelaksanaan yadnya adalah ajaran Tri Rna dan Wisudhi Marga.
Tingkatan
pelaksanaan yadnya
Tingkatan
pelaksanaan yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu dilandasi oleh beberapa
pertimbangan seperti latar belakang
sosial, ekonomi, status keluarga dan disesuaikan dengan tempat, waktu dan
keadaan sehingga dalam pelaksanaannya tanpa ada terpaksa. Dari sinilah muncul
tingkatan-tingkatan dalam upacara yadnya seperti :
1.
Kanistan
artinya yang terkecil atau sederhana
2.
Madya
artinya menengah atau sedang
3.
Utama
artinya tertinggi atau utama.
C. Metode
pembelajaran
-
CTL
:Ceramah, Diskusi, Tanya jawab
D. Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran
Pertemuan
pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi dan
Apersepsi
Salam panganjali umat
Hindu “Om Swastyastu”
Absensi siswa
Tanya jawab atau tes
awal seputar dasar-dasar pelaksanaan yadnya.
2.
Kegiatan
inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca referensi dasar dan sumber hukum pelaksanaan yadnya.
·
Guru
menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas tentang hukum dan sumber
yadnya.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok belajar,
·
Peserta
didik mendiskusikan materi tentang dasar dan sumber hukum pelaksanaan yadnya
·
Peserta
didik secara bergantian mempersentasikan hasil diskusinya.
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali materi ajar kepada siswa
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merangkum dan merumuskan sumber dan dasar hukum
pelaksanaan yadnya.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi (tes lisan)
Merefleksi hasil
pembelajaran dan tindak lanjut.
Menginformasikan
kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya,
Pertemuan ditutup
dengan Doa penutup “Om Shanti Shanti Shanti Om”
Pertemuan kedua
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi dan
Apersepsi
Salam panganjali umat
Hindu “Om Swastyastu”
Absensi siswa
Menyebutkan beberapa
contoh yadnya dan siswa mencari contoh yadnya yang lainnya
2.
Gegiatan
inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
menyarankan kepada siswa untuk membaca referensi yang ada kaitannya dengan
materi ajar.
·
Guru
menjelaskan kepada peserta didik tentang tingkatan yadnya seperti :
utama,madya,nista.
Elaborasi
·
Guru
mengarahkan peserta didik untuk duduk sesuai dengan kelompok belajarnya
·
Peserta
didik mendiskusikan dan merumuskan tentang tingkatan yadnya.
Konfirmasi
·
Peserta
didik dibimbing oleh guru membuat catatan hasil rumusan tentang
tingkatan-tingkatan yadnya.
·
Guru
menyampaikan kesimpulan kegiatan pembelajaran.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi (tes tertulis) penilaiaan terhadap proses dan
hasil pembelajaran
Pesan dan nasehat
Mengkonfirmasikan
kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya.
Pertemuan ditutup
dengan doa penutup “Om Shanti,Shanti,Shanti Om”
E. Sumber
belajar
-
Buku
pelajaran agama Hindu kelas IX
-
Buku
Sunarigama
F. Penilaian
Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk Instrumen
|
Contoh Instrumen
|
|
Mampu
membaca referensi dasar dan sumber pelaksanaan yadnya.
Mampu
merumuskan dasar dan sumber pelaksanaan yadnya.
Mampu
menjelaskan tingkatan-tingkatan pelaksanaan yadnya.
|
Tes
tertulis
|
Tes
uraian
|
Sebutkan
sumber-sumber yadnya
Sebutkan
dasar hukum pelaksanaan yadnya
Sebutkan
unsur-unsur tingkatan yadnya.
Sebutkan
tiga jenis pelaksanaan yadnya.
|
Cara
pensekoran
Instrumen
Uraian
1.
Sumber-sumber
pelaksanaan yadnya dalam agama Hindu secara kaidah sosial ritualitas bersumber
dari kitab Weda baik Sruti dan Smerti serta sastra-sastra Hindu lainnya.
Skor
: 2,5
2.
Dasar
hukum yang dapat dijadikan dasar berlakunya yadnya adalah ajaran Tri Rna dan
Wisudhi Marga.
Skor
: 2,5
3.
Tingkatan-tingkatan
pelaksanaan yadnya adalah sebagai berikut:
-
Kkanistan
artinya terkecil atau sederhana
-
Madya
artinya sedang atau menengah
-
Utama
artinya tertinggi atau utama.
Skor : 2,5
4.
Tiga
jenis pelaksanaan yadnya adalah sebagai berikut :
-
Nitya
karma artinya pelaksanaan yadnya yang dilakukan setiap hari.
-
Naimitika
karma artinya pelaksanaan yadnya pada waktu tertentu.
-
Kamya
karma artinya pelaksanaan yadnya yang bersifat incidental atau tidak pasti
waktu pelaksanaannya
Skor : 2,5
Nilai Akhir = E Skor
X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SMP : SMP
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama
Hindu
Kelas/Semester : IX/II
Aspek : Yadnya
Standar
Kompetensi
: Memahami hakekat yadnya
Kompetensi
Dasar : - Menjelaskan syarat-syarat
pelaksanaan yadnya
: - Mempraktekan
yadnya dalam kehidupan sehari-hari
Alokasai
waktu : 4 x 40
menit
A.
Tujuan pembelajaran
-
Siswa dapat menjelaskan syarat-syarat
pelaksanaan yadnya
-
Siswa
dapat mempraktekkan yadnya dalam kehidupan sehari-hari
B.
Materi pembelajaran
Syarat-syarat pelaksanaan yadnya
Dalam pelaksanaan yadnya selain
persyaratan berdasarkan dresta dan berdasarkan sastra agama, juga memperhatikan
tiga tuntunan dan tiga persyaratan, yang meliputi yaitu ;
Tiga tuntutunan seperti :
Keikhlasan kebersihan (kesucian),
ketertiban.
Sedangkan tiga persyaratan yang dimaksud adalah :
mudah, murah, hidmat
Praktek Yadnya (membuat banten
pejati untuk siswa putri dan sengkui
untuk siswa putra)
C.
Metode pembelajaran
-
Pendekatan
CTL, Diskusi, unjuk kerja
D.
Langkah –langkah kegiatan
pembelajaran
Pertemuan pertama
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Swastyastu”
Absensi
siswa
Tanya
jawab atau tes awal tentang syarat-syarat yadnya
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Peserta
didik mencari dan membaca referensi tentang
syarat-syarat yadnya.
·
Guru
menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas tentang syarat yadnya yaitu
: Keikhlasan,kebersihan,ketertiban.
Elaborasi
·
Guru
membimbing peserta didik untuk membentuk kelompok belajar dengan masing-masing
kelompok sebanyak 5 orang.
·
Peserta
didik mempersentasikan hasil diskusinya secara bergantian.
Konfirmasi
·
Guru
membimbing peserta didik untuk merumuskan dan mencatat hasil diskusinya dibuku
catatan masing-masing
·
Guru
menyimpulkan gegiatan pembelajaran.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi
(tes lisan)
Pesan
dan Nasehat
Menginformasikan
kegiatan pembelajaran berikutnya.
Pertemuan
ditutup dengan Doa penutup (Om Shanti Shanti Shanti Om”
Pertemuan
kedua
1.
Kegiatan
pendahuluan (10 menit)
Motivasi
dan Apersepsi
Salam
panganjali umat Hindu “Om Swastyastu”
Absensi
siswa
Menjelaskan
secara singkat teknik kerja tentang praktek yadnya.
2.
Kegiatan
Inti (60 menit)
Eksplorasi
·
Guru
menyarankan peserta didik untuk membaca
referensi yang ada kaitannya dengan materi ajar.
·
Guru
menugaskan peserta didik untuk mulai
mengerjakan tugasnya masing-masing seperti mengambil sarana upakara daksina
untuk putri, sengkui, klatkat untuk putra.
Elaborasi
·
Guru mengarahkan peserta didik untuk duduk
sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada minggu yang lalu.
·
Peserta
didik mempraktekan yadnya secara kelompok sesuai dengan tugas kelompok.
·
Masing-masing
siswa mengerjakan praktek yadnya sesuai dengan tugas masing-masing.
·
Ketua
kelompok mengkoordinasi hasil kerja
anggota kelompoknya masing-masing
Konfirmasi
·
Guru
mempertegas kembali tentang materi yang telah disampaikan
·
Setelah
kerja kelompok selesai, ketua kelompok melaporkan kepada guru untuk menilai
hasil kerja kelompoknya.
3.
Kegiatan
penutup (10 menit)
Evaluasi
(penilaian) terhadap hasil kerja kelompok siswa
Membuat
kesimpulan hasil kerja siswa.
Pesan
dan nasehat
Pertemuan
ditutup dengan doa penutup “Om Shanti,Shanti,Shanti Om”
E.
Sumber Belajar
-
Buku
pelajaran agama Hindu kelas IX Buku Panca Yadnya
-
Bahan-bahan
untuk praktek yadnya.
F.
Penilaian Hasil Belajar
Indikator
|
Penilaian
|
||
Teknik
|
Bentuk instrumen
|
Contoh instrumen
|
|
Mampu
menjelaskan syarat-syarat pelaksanaan yadnya
Mampu
mempraktekan yadnya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan pelaksanaanya
Kehidupan
beragama di daerah masing-masing
|
Penugasan
|
Tes
unjuk kerja
|
Sebutkan
syarat-syarat pelaksanaan yadnya. Praktekanlah yadnya yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
|
Cara
Penskoran
-
Mampu
membuat banten dengan sangat baik :
10
-
Mampu
membuat banten dengan baik :
8-9
-
Mampu
membuat banten dengan cukup :
6-7
-
Mampu
membuat banten dengan kurang :
4-5
-
Mampu
membuat banten dengan sangat kurang :
1-3
Nilai
Akhir = E skor X 10
Mengetahui, Denpasar
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
( ) ( )
Nip Nip